situasidan kondisi seperti inilah novel Arab muncul dan memberikan kontribusinya untuk menggerakkan "roda" perkembangan kesusasteraan Arab pada zaman modern. Novel dalam bahasa Arab digunakan istilah al-Riwayah, sebagian yang lain menggunakan al-Qis }s}ah atau al-Qis }s}ah al-
.Naguib Mahfouz ikon novel Arab modern. Puisi Arab memiliki kedudukan istimewa dalam sejarah kesusasteraan Arab. Ia digadang-gadang sebagai puncak kefasihan yang berhasil dicapai oleh bangsa Arab. Karenanya ketika al-Quran datang dengan keindahannya yang begitu memukau, kaum kafir menyamakannya dengan puisi dan menganggap Baginda Muhammad seorang penyair. Dalam perkembangan keilmuan Islam, puisi Arab memainkan peranan yang begitu besar. Ia dijadikan sebagai dalil oleh para ulama dalam tafsir, fikih, akidah, bahasa, nahu dan sastra. Dapat dikatakan bahwa para kritikus Arab klasik lebih banyak membicarakan puisi daripada genre prosa yang memiliki beragam bentuk. Namun keadaan berubah di abad ke-20. Posisi puisi mulai bergeser bersamaan dengan persinggungan dunia Arab dengan Barat. Para cendekiawan Arab menemukan media yang lebih bisa mewakili perasaan dan menggambarkan keadaan mereka dan media itu novel riwâyah. Naguib Mahfouz dan Gaber Asfour menyebut pertengahan abad-20 sebagai awal era novel zamân ar-riwâyah. Di Mesir, kemunculan novel berkaitan erat dengan tokoh Rifa’at At-Tahtawi yang diutus oleh Muhammad Ali Pasha untuk menjadi pembimbing spiritual bagi delegasi pelajar ke Perancis. Ia menceritakan pengalamannya berada di Perancis dan membandingkan keadaan Eropa dengan Mesir dalam bukunya yang berjudul Takhlîsh al Ibrîz fî Talkhîsh al Bârîs. Buku ini dianggap sebagai sastra petualangan adab rihlah dan benih kelahiran novel Arab secara umum dan novel Mesir secara khusus. Baca juga Isu Sunni-Syiah dalam Novel Saud Alsanousi Dalam buku Al-Qash fî Hâdzâ az-Zamân, Gaber Asfour menjelaskan kaitan kemunculan novel Arab dengan perjuangan kaum menengah untuk mengungkapkan realita kehidupan mereka dan usaha menegaskan identitas sebagai sebuah bangsa independen di tengah penjajahan Ottoman dan Barat. Ini bisa terlihat misalnya dari novel Zainab karya Muhammad Husein Haikal yang dituliskannya ketika ia tengah menempuh studi di Perancis. Dalam novelnya itu, Haikal menuliskan kisah tentang kondisi hidup kaum petani di desa sekaligus menggambarkan keindahan alam yang subur dan hijau yang dimiliki oleh Mesir. Novel Hadîts Isâ bin Hisyâm karya Muhammad Muwaylihi yang dianggap terpengaruh oleh gaya genre klasik, Al-Maqama, tidak lain merupakan usaha mengukuhkan kemampuan genre klasik dalam mendeskripsikan fenomena dan keadaan yang baru sebagaimana yang dijelaskan oleh Jaber Asfour. Novel ini adalah bentuk pengharmonisasian antara klasik dan modern al-qadîm wa al-jadîd, antara Timur dan Barat. Perkembangan novel Arab berjalan bersamaan dengan perubahan dramatis yang terjadi di dalam masyarakat Arab baik secara sosial, kebudayaan maupun politik. Karenanya novel Arab tidak bisa dilepaskan dari konteks eksternalnya. Terlebih pasca berdirinya negara Israel di tanah Palestina 1948 yang diikuti oleh perang Arab-Israel pada tahun 1956, 1967, dan 1973. Novel Arab memainkan perannya dalam menggambarkan realita baru masyarakat Arab, memberikan gambaran hidup terkait pengaruh perang terhadap psikologi masyarakat, dan perjuangan tiada henti yang masyarakat lakukan untuk mendapatkan kebebasan dan kemerdekaan. Berangkat dari titik tolak ini, Roger Allan dalam bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan judul Ar-Riwâyah al-Arabiyyah, mengategorikan novel-novel Arab berdasarkan tema dalam konteks perubahan kondisi sosial dan politik masyarakat Arab seperti tema konfrontasi dan perang al-muwâjahah wa al-harb, kemerdekaan dan kebebasan al-istiqlâl wa al-huriyyah, relasi antara Timur-Barat al-alâqah bain al-gharb wa al-syarq dan lain sebagainya. Dalam bukunya itu, Roger Allan mengatakan bahwa novel Arab tidak hanya mengalami perubahan dari segi tema al-madhmûn, namun juga mengalami perubahan dari segi struktur bangunan novel asy-syakl. Para novelis Arab melakukan eksperimen dalam teknik kepenulisan novel mereka. Ikon novel Arab, Naguib Mahfouz misalnya, telah mencobai beragam aliran sastra dimulai dari aliran historis, realisme, dan simbolik. Novel-novelnya tidak hanya mempengaruhi kesusasteraan Mesir saja, namun kesusasteraan Arab secara menyeluruh. Pada kenyataannya, eksperimen yang terus menerus dilakukan oleh para novelis Arab tidak terlepas dari watak novel itu sendiri; novel adalah pencarian dan petualangan terus-menerus. Secara esensial, novel adalah fleksibilitas dan tak dapat didefinisikan. Dalam bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan judul Arkân Ar-Riwâyah, E. M. Forster mengatakan bahwa novel adalah bongkahan besar tak berbentuk, ia adalah area yang paling lembab dalam sastra, dialiri oleh ribuan anak sungai, dan terkadang menjorok ke bawah hingga menjadi rawa yang tajam’. Karenanya kita mendapati para novelis Arab memasukkan genre tulisan lain ke dalam novel mereka. Sanallah Ibrahim mengadopsi gaya repostase dalam novel 67, Mourid Al-Barghouthi memasukkan puisi ke dalam novel Roaitu Ramalallah, Hoda Barakat menggunakan gaya surat sebagai bingkai novel Barîd al-Lail, dan Ibarahim Nasrullah merekayasa masa depan dalam novel Harb Al-Kalb Ats-Tsâniyah. Baca juga Kisah Bapak Sastra Arab yang Tak Ingin Dikalahkan Kebutaannya Jika memperhatikan novel-novel Arab sejak awal abad 21 setidaknya berkaca melalui novel-novel yang mendapatkan penghargaan di International Prize for Arabic Fiction yang dimulai pertama kali tahun 2008, kita akan mendapati novel Arab mampu mengukuhkan dirinya sebagai ruang yang menyuarakan mereka yang tak mampu bersuara, menyelam ke dalam jiwa manusia, dan mendialogkan beragam perspektif tanpa penghakiman. Novel Arab mampu memenuhi syarat-syarat esensial untuk menjadi novel sebagai genre sastra. Dalam novel Sâq Al Bambû yang mendapatkan penghargaan International Prize for Arabic Fiction di tahun 2013, Saud Al-Sanusi menciptakan tokoh utama bernama Jose Mendoza yang mengalami pergulatan batin dalam usaha mencari identitas diri; negara, agama dan cinta. Melalui tokoh ini, penulis berusaha untuk mengkritik sistem kelas masyarakat Kuwait yang mengotak-kotakkan. Dalam kasus Jose ibunya adalah perempuan asal Philipina yang bekerja sebagai pembantu di rumah ayahnya, pria berkebangsaan Kuwait, yang kemudian menikahinya secara siri, ia berada di luar kotak karena sebagian dirinya berasal dari satu kotak dan sebagian lainnya dari kotak yang lain. Ia tak ingin berada di dalam kotak mana pun. Ia hanya ingin menjadi manusia biasa. Dalam novel Barîd al-Lail yang mendapatkan penghargaan International Prize for Arabic Fiction di tahun 2019, Hoda Barakat menuliskan novel dalam bentuk surat-surat yang ditulis beberapa orang yang terasing dari negara asal, yang terbuang jauh dari sanak keluarga; satu surat melahirkan surat yang lain. Surat yang merupakan media paling intim di mana seseorang bisa mengungkapkan rahasia terdalam dan terkelam, difungsikan dengan begitu baik oleh sang penulis. Dalam surat, seseorang bisa bercerita tanpa malu, tanpa logika, tanpa dibuat-dibuat. Dalam lingkup diktator, surat adalah pilihan akhir untuk mengabadikan suara terakhir. Baca juga Terjemahan Kasidah Duka oleh Ghayath Almadhoun Novel Arab memberikan semacam bahan perenungan untuk menilai ulang karakter manusia, memahami ulang kehidupan yang tidak murni berwarna putih dan juga tak murni berwarna hitam. Kompleksitas hidup adalah dunia yang coba dihadirkan dalam novel Arab sehingga kita bisa mendengar banyak suara’. Dalam buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab berjudul Al-Khithâb Al-Ruwâ`i, Mikhail Bakhtin menyebut banyak suara’ ini dengan tahâwuriyyah di mana para karakter di dalam novel saling menyuarakan pandangannya dalam hidup. Novel secara umum tidak mengambil peran untuk memberikan solusi praktis bagi permasalahan yang dihadapi manusia. Bukan seperti itu cara mainnya. Tugas novel adalah memperdengarkan keberagaman yang sering dilupakan, khususnya ketika masyarakat tenggelam dalam kediktatoran dan perang. Dan novel Arab telah mengambil bagiannya.
Redaksisengaja mengumpulkan ebook sastra dan novel Islami dalam bentuk PDF agar pembaca bisa menikmatinya secara langsung dengan sekali download melalui link premium di bawah ini, sebelum ke direct link Google Drive. 21 Ucapan Selamat dalam Bahasa Arab. Ucapan selamat dalam bahasa Arab ini biasanya dipakai oleh kalangan Seni Bercerita dan fase kemunculan Novel Arab Tugas 1. Jelaskan dengan singkat apakah seni bercerita itu merupakan genre prosa Arab lama atau baru! 2. Jelaskan ciri-ciri 2 fase kemunculan novel Arab, fase pendasaran-persiapan dan perintisan! Uraian 1. Salah satu dari mereka percaya bahwa novel tersebut adalah kesenian Arab yang otentik asli, dan orang terpenting yang membenarkan kecenderungan ini adalah Farouk Khorshid dalam bukunya Dalam Novel Arab - Kompilasi Mesir, karena ia mencium bukti yang menunjukkan bahwa sastra Arab mengetahui cerita tersebut. Di berbagai era, dan di era pra-Islam mereka memiliki banyak 2. Al-Syanti 1992 15—17 menyebutkan tiga pendapat tentang permulaan kesusasteraan Arab modern2 1. Pertama, kontak Arab dengan Barat modern. 2. Kedua, seperti gerakan Salafiyah Muhammad bin Abd al-Wahab di Saudi Arab dan gerakan Muhammad Abduh di Mesir. 3. Ketiga, munculnya kesadaran nasionalisme Arab. Namun, al-Syanthi menegaskan bahwa permulaan kebangkitan ini tidak bisa dipastikan tahunnya, dan merupakan akumulasi dari berbagai aspek kehidupan yang sangat banyak yang terjadi di dunia Arab ketika itu. Pertemuan antara Arab-Mesir dengan Barat modern dan eksodus penduduk Suriah Lebanon, yang tercatat telah lebih dulu mendapatkan kemajuan pendidikan, menjadikan Mesir sebagai pusat kebangkitan sastra Arab. Pada masa dan di kawasan inilah novel Arab muncul, dan menyatu menjadi genre sastra Arab modern. Kemunculan novel-novel Arab diawali dengan aktivitas-aktivitas penerjemahan fiksi Barat ke dalam bahasa Arab yang dipublikasikan melalui surat kabar. Di samping itu, sebagian penulis Arab menghidupkan kembali gaya prosa maqamah yang sangat populer pada abad keemasan Arab-Islam. Dua aktivitas ini memberikan perkenalan-perkenalan awal tentang genre novel sebagai ruang ekspresi yang berbeda bagi para penulis Ada berbagai faktor pendukung yang menjadi media dan sarana sehingga kebangkitan ini cepat tersebar yaitu didirikannya percetakan-percetakan, surat kabar dan majalah 1 Shalih Syanthi, PDF Riwayah, hal. 341 2 Moh. Wakhid Hidayat, “Sejarah Pra Kemunculan Novel Arab”, Adabiyyat, Vol. 10, No. 1, Juni 2011, Hal. 187-188 3 Ibid, hal. 194 macamTTIDdanfungsinya dalam novel SFSkarya Ichsān 'Abdu Al-Quddūs. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap kajian TTID bahasa Arab dalam menafsirkan gejala-gejala lingual yang muncul dalam novel SFSkarya Ichsān 'Abdu Al-Quddūs (2016). Penelitian TTIDyang ada dalam novel SFS karya Ichsān 'Abdu Al-Quddūs ini memanfaatkan teori pragmatik. Menurut Wijana (1996: 1), pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yangBy using this website, you consent to us collecting cookies to provide you with a better user experience, Note that we never collect any personal data. more details.